Jumat, 26 September 2008

Short Story 1

Pagi itu. Aku terbangun diiringi suara berisik mesin penyedot air dari sumur. Ternyata ayam2 sudah berkokok sejak tadi. Dan alarm dari hapeku juga telah berulang kali bernyanyi membangunkanku. Tetapi ternyata saat liburan ini adalah saat balas dendam dimana biasanya diriku tak bisa tidur karena memikirkan tugas2 dan ulangan. Memikirkan. Ya, hanya memikirkan, karena toh aku tak berbuat apa2 atas tugasku sebagai pelajar.

Baru saja aku terbangun, pandangan mataku langsung terjatuh pada sebuah novel. Novel yg telah lama sekali aku simpan dan belum kbaca sejak pertama kali dibeli. Novel yg baru itu hanya tergeletak di antara kamus2 tebalku.. Bukan, itu mantan kamus2 bapakku. Ada kamus ingris-indo, ada pula kamus indo-ingrris. Dan karena aku menginjak jenjang mempelajari bahasa prancis, di sana ada pula kamus prancis-indo yg tebalnya 2x tebal kamus indo-ingris. Maklum, itu kamus bapakku saat kuliah. Kamus paling mahal, kata beliau, karena isinya juga lebih berbobot.

Kembali pada novel itu. Selama liburan ini, sudah sempat aku baca beberapa halaman dari novel itu. Pagi ini kuputuskan membaca novel itu, lagi.
Akhirnya hari itu aku hanya membunuh pagi dengan membaca novel. Ditemani seekor kucing hitam berdada putih yg nyelonong masuk kamar dan tidur di sampingku. Ia tidur di pojok kasur, di bawah daun jendela. Dan dengan nyamannya tidur di samping bantal tidurku. Berkali2 kuturunkan dari kasur, tp ia balik lagi. Tidak tega melihat tuannya membaca novel sendirian di kamar. Apalagi di pagi hari yg dingin ini. Dia merasa ingin punya kesempatan tidur di kasur yg baru diganti seprainya itu.

Ya, pagi itu aku hanya berdiam diri di kamar sambil membaca novel itu. Hanya sesekali aku keluar kamar jika ada keperluan. Misalnya, mencuri kue kering yg disimpan di kamar sebelah kamarku, kamar ortuku.
Aku tidak sedang memperdulikan warnet bapakku. Mungkin beliau sedang bersih2 tempat itu, atau mungkin sudah dibuka dari sejak tadi. Aku sedang tak ingin ke sana. Aku sedang tak mau tergoda membuka inet bila seperti biasa jika aku ke sana. Tak sejengkal pun aku melangkahkan kaki menuju ke arah ruangan depan rumahku, tempat warnet itu berada. Tak sedetik pun aku mendekati tempat itu. Aku masih tergoda oleh alur cerita dr novel ini.

... ... ...

1 komentar:

nov mengatakan...

novelx judulx ap?

q jg pny byk buku yg lom dbaca,,, sayang bgt